Selasa, 26 Maret 2013

EFEK BURUK MAKAN MIE INSTAN TIAP HARI


EFEK BURUK MAKAN MIE INSTAN SETIAP HARI


Apa itu mie instan?
Mi instan adalah mie yang dipersiapkan untuk konsumsi hanya dengan menambahkan air panas / direbus dan bumbu – bumbu yang sudah ada dalam paketnya.
Apakah dampak negatif dari mengkonsumsi mie?
Contoh akibat kebanyakan mekonsumsi mie instan setiap hari.
yaitu perut membesar, dan dapat mengakibatkan usus buntu
mie instan

Konsumsi mie instan tidak sepenuhnya berbahaya, bahkan bermanfaat selama dikonsumsi dalam jumlah yang tidak berlebihan dan bisa dicampur dengan sayuran, telur, daging.

Apakah benar makan mie instan lebih cepat lapar daripada nasi ??
karbohidrat dalam mie berbeda dengan sifat yang terkandung di dalam nasi. Sebagian karbohidrat dalam nasi merupakan karbohidrat kompleks yang memberi efek rasa kenyang lebih lama. Sedangkan karbohidrat dalam mie instan sifatnya lebih sederhana sehingga mudah diserap. Akibatnya, mie instan memberi efek lapar lebih cepat dibanding nasi

makalah belajar dan pembelajaran

A.      Pengertian Paradigma Pembelajaran
Paradigma berasal dari kata Etimologis dan Terminologis yang artinya sebagai berikut:
Etimologis : model teori ilmu pengetahuan atau kerangka berpikir
Terminologis : pandangan mendasar para ilmuan tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari oleh suatu cabang ilmu pengetahuan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa paradigma adalah model atau kerangka berpikir beberapa komunitas ilmuan tentang gejala-gejala dengan pendekatan fragmentarisme yang cenderung terspesialisasi berdasarkan langkah-langkah ilmiah menurut bidangnya masing-masing.
Macam-Macam Paradigma Ilmu Pengetahuan
1. Paradigma Kualitatif
Proses penelitian berdasarkan metodologi yang menyelidiki fenomena sosial untuk menemukan teori dari lapangan secara deskriptif dengan menggunakan metode berpikir induktif
2. Paradigma Deduksi – Induksi
Paradigma deduksi (penelitian dengan pendekatan kuantitatif) :
a). analisis data
b). kesimpulan


  Paradigma induksi (penelitian dengan pendekatan kualitatif) :
a)    pengumpulan data
b)    observasi
c)    hipotesis
d)   kesimpulan
3. Paradigma Piramida
  Kerangka berpikir atau model penyelidikan ilmiah yang tahapannya menyerupai piramida, dibagi menjadi:
a. Piramida berlapis : semakin ke atas berarti tujuan semakin tercapai, yaitu ditemukannya teori baru
b. Piramida ganda : piramida yang dibuat berlandaskan piramida yang sudah ada
c. Piramida terbalik : piramida yang dibuat berdasarkan teori yang sudah ada

4. Paradigma Siklus Empiris
Kerangka berpikir atau model penyelidikan ilmiah berupa siklus. Tujuan : memudahkan pembentukan pola pikir bagi ilmuan atau peneliti untuk melakukan kegiatan ilmiah
5. Paradigma Rekonstruksi Teori
Model penyelidikan ilmiah yang berusaha merancang kembali teori atau metode yang telah ada dan digunakan dalam penelitian. Agar model rekonstruksi teori dapat diterapkan dengan baik, pemilihan dan penguasaan teori tertentu yang dianggap relevan dengan penelitian sangat menunjang keberhasilan teorinya.
Konstruktivisme yang dahulu hanya dipahami sebagai salah satu aliran pendidikan, kini mendasari filosofi pembelajaran berbasis kompetensi. Dinyatakan bahwa pengetahuan baru dapat “dipindahkan” dari seorang pengajar kepada pembelajar jika pengetahuan itu dikonstruksi sendiri oleh si pembelajar. Dalam proses mengonstruksi ada interaksi yang sangat intens dan diperlukan keaktivan pembelajar. Dengan demikian, pembelajaran akan berlangsung dalam konteks “makna”, yakni pembelajaran yang mampu membuat kesan mendalam bagi pembelajar, yang bermanfaat, dan benar-benar menghadirkan semangat untuk lebih baik lagi.
Dalam kelas KBK, tugas dosen adalah membantu mahasiswa mencapai tujuannya. Maksudnya, dosen lebih banyak berurusan dengan strategi dari pada memberi informasi. Tugas dosen mengelola sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (mahasiswa). Dengan menggunakan media peta konsep pengetahuan baru sangat mungkin dikonstruksi secara bersama-sama antara dosen dengan mahasiswa. Sedangkan berdasarkan KTSP, dosen melaksanakan pembelajaran berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuatnya, bukan berdasarkan buku paket. Dua hal ini menghendaki pembelajaran yang dilaksanakan diciptakan atas kreativitas dosen. Termasuk ke dalamnya, kreativitas menciptakan media pembelajaran.
Belajar konsep-konsep berarti berhubungan dengan kata-kata. Pada kondisi ini berarti yang aktif adalah belahan otak sebelah kiri. Akan tetapi, dengan hanya melibatkan otak kiri dalam belajar ibarat mencoba lari dengan sebelah kaki dengan tangan diikat ke pergelangan kaki. Agar tercapai hasil yang optimal dalam belajar berarti kedua belahan otak harus digunakan secara bersama-sama. Otak belahan kanan akan bekerja ketika memperhatikan warna, mengikuti irama lagu favorit atau menggunakan imajinasi. Kondisi ideal belajar ini akan dapat terwujud dengan menggunakan media peta konsep.
Paradigma baru pembelajaran tidak hanya menuntut dosen memikirkan apa yang hendak diajarkan kepada pembelajar, tetapi lebih penting dari itu dosen dituntut untuk memikirkan bagaimana cara mengajarkannya . Banyak pernyataan yang dikemukakan para praktisi dan pakar pembelajaran tentang hal ini. Eric Jensen, penulis Super Teaching dan penemu super camp, yakin bahwa dua unsur utama yang mempengaruhi proses belajar adalah keadaan dan strategi. Yang ketiga tentunya isi. “Keadaan” menciptakan suasana yang tepat untuk belajar. “Strategi” menunjukkan gaya atau metode presentasi. “Isi” adalah topiknya. Dalam setiap mata pelajaran yang baik, Anda akan mendapatkan ketiganya (Dryden & Vos, 2004). Strategi dalam unsur pembelajaran di atas mencakup metode penyampaian dan media yang digunakan. Hernowo mengatakan: “ Dosen, pada masa kini, sudah tidak lagi layak jika hanya duduk atau berdiri dan berkata-kata”. Ia menegaskan: “… kesadaran bahwa bagaimana mengajarkan adalah sama penting dengan apa yang akan diajarkan” (2004). Dengan demikian, adanya asumsi bahwa: … “asalkan suatu bidang ilmu telah dikuasai secara mantap, maka kemampuan mengajarkannya akan datang dengan sendirinya ( Suhardjono, 1994) tentu tidak lagi berlaku.
B.     Media pembelajaran
Media pembelajaran adalah alat bantu dan sekaligus sumber belajar ( Djamarah dan Zain, 2002 ). Apabila sumber belajar yang dipilih dan digunakan itu dipersiapkan dengan cermat maka ia dapat memenuhi tujuan pembelajaran tertentu. Kemp ( 1994), mengemukakan salah satu atau beberapa tujuan pembelajaran yang dapat dicapai itu, seperti:
a. Memberi dorongan kepada mahasiswa dengan menarik perhatian dan merangsang minat mereka terhadap pelajaran.
b. Melibatkan mahasiswa secara langsung dan bermakna dalam memperoleh pengalaman belajar.
c. Memberikan saham dalam membentuk sikap dan mengembangkan apresiasi mahasiswa.
d. Menjelaskan dan mengilustrasikan bahan ajar pengetahuan dan keterampilan kerja.
e. Memberikan kesempatan untuk melakukan swa-analisis dalam kinerja dan tingkah laku perseorangan.

Sejalan dengan itu, Admin (2000)  menambahkan: 1) memberikan pengetahuan untuk tujuan belajar, 2) merangsang diskusi, 3) mengarahkan kegiatan mahasiswa, 4) menguatkan belajar sebagai kegunaan media dalam pembelajaran. Seyogianya media pembelajaran yang digunakan dosen dapat mencapai tujuan-tujuan di atas, sebagaimana yang telah diinyaratkan pula dalam PP RI Nomor 19 tahun 2005, Standar Nasional Pendidikan pada standar proses yang menyatakan bahwa:
“Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Pada dasarnya untuk mengembangkan penguasaan konsep yang baik hakikat belajar yang dialami mahasiswa hendaknya dalam konteks “mengonstruksi”. Dalam proses membangun atau mengonstruksi pengetahuan, akan muncul pelbagai pelibatan sang diri yang sedang belajar dengan pengetahuan yang sedang dipelajarinya. Pembangunan yang sukses adalah jika seorang mahasiswa mendapatkan makna ( Hernowo, 2004). Salah satu cara yang dapat mendorong mahasiswa untuk belajar secara “bermakna” adalah dengan penggunaan peta konsep sebagai media pembelajaran yang dapat menunjukkan konsep ilmu secara sistematis, yaitu dibentuk mulai dari inti permasalahan sampai pada bagian pendukung yang mempunyai hubungan satu sama lain, sehingga dapat membentuk pengetahuan dan mempermudah pemahaman suatu topik perkuliahan ( Pandley, 1994).




C.      Peta konsep
Sebagaimana diungkapkan DePorter, dkk. (2000)  bahwa metode mencatat yang baik harus membantu kita mengingat perkataan dan bacaan, meningkatkan pemahaman terhadap materi, membantu  mengorganisasi  materi, dan mem-berikan wawasan baru. Peta konsep (Concept Maps) memungkinkanterjadinya semua itu.   Peta konsep dikembangkan Tony Buzan pada tahun 1970-an merupakan teknik memetakan konsep  atau teknik mencatat informasi yang disesuaikan dengan  cara otak memproses informasi yang memfungsikan otak kanan dan otak kiri secara sinergis (bersamaan dan saling melengkapi) sehingga informasi lebih banyak dan lebih mudah diingat ( DePorter, dkk. 2000 dan DePorter dan Hernacki, 2002). Svantesson (2004) mengatakan teknik ini dapat digunakan untuk membuat ringkasan buku dan ringkasan kuliah serta ketika membutuhkan  struktur.
Pencatatan dengan peta konsep memungkinkan komponen Teori Elaborasi terlaksana secara optimal. Untuk melaksanakan elaborasi-elaborasi, dosen menambahkan cabang-cabang pada konsep yang hendak dielaborasi. Cara mencatat ini digunakan dosen pada saat presentasi untuk membuat catatan di white board sekaligus sebagai teknik pengaktif strategi kognitif mahasiswa, dan mahasiswa menggunakannya pula sebagai sistematika pelaporan tugas meringkas materi/ bahan ajar pada tugas terstruktur, serta sebagai teknik  mencatat materi presentasi di dalam kelas.         Metode mencatat peta konsep ini  sejalan dengan Teori Elaborasi. Keduanya  dijalankan secara terintegrasi dan di antaranya ada jalinan saling mendukung.
Pemilihan model elaboratif dan peta  konsep untuk perkuliahan perlu dipertimbangkan karena pada aplikasinya dapat terimplikasi berbagai aspek paradigma baru pendidikan. Dengan model ini, beberapa prinsip pembelajaran  yang diperlukan sebagai penunjang keberhasilan perkuliahan  dapat berjalan secara optimal, diantaranya 1) Peran dosen sebagai fasilitator terlaksana secara optimal, seperti melalui penyediaan bahan ajar secara lengkap, bantuan pembuatan laporan tugas dengan kerangka peta konsep; 2)  Mahasiswa mengikuti perkuliahan dengan kemampuan awal yang memadai, karena telah membaca bahan ajar yang diberikan seminggu sebelum perkuliahn dilangsungkan: 3) Pengonstruksian pengetahuan ilakukan oleh mahasiswa, 4)  mahasiswa membuat catatan dengan terlebih dahulu memahami bahan yang diringkas; 5) pembelajaran lebih terpusat pada mahasiswa ( student center learning ), karena mahasiswa membaca dan mempelajari sendiri materi, mengerjakan tugas, dan berperan  aktif dalam pembelajaran; 6)Penstrukturan materi kuliah yang tidak lagi mengikuti urutan pada buku teks, akan lebih menggiring pembelajaran pada pencapaian kompetensi yang akan dibina secara optimal.
Secara teoritis dan banyak data emperis telah membuktikan bahwa model elaborasi dan peta konsep dapat meningkatkan prestasi belajar, efisien dalam pemakaian waktu dan menarik bagi pembelajar atau mahasiswa. Kendatipun demikian, model ini tetap perlu dicobakan, misalnya melalui penelitian tindakan kelas. Tindakan ini akan dapat mengukuhkan model ini sebagai model yang sesuai untuk pembelajaran teori, bahkan untuk mata kuliah yang bertipe sama selain dapat melakukan tindakan penyempurnaan berdasarkan temuan-temuan di lapangan.
Petakonsep berbentuk suatu gambar keseluruhan dari suatu topik. Gagasan utama diletakkan di tengah-tengah halaman dan sering dilengkapi dengan lingkaran, persegi, atau bentuk lain.Dari gagasan utama, ditambahkan cabang-cabang untuk setiap point atau gagasan utama. Jumlahnya bervariasi tergantung dari jumlah gagasan atau segmen. Tiap-tiap cabang dikembangkan untuk detail dengan menuliskan kata kunci atau frase dan dapat pula berupa singkatan.Sedangkan simbol-simbol dan ilustrasi-ilustrasi dapat ditambahkan untuk menambatkan ingatan yang lebih baik. Ditambahkan pula bahwa peta konsep terbaik adalah peta konsep yang warna-warni dan menggunakan banyak gambar dan simbol; biasanya tampak seperti karya seni  ( DePorter, dkk. 2000, DePorter dan Hernacki, 2002, Svantersson, 2004).  Berikut ini adalah contoh peta konsep dengan topik Peta Pikiran.



D.      Pemakaian Peta Konsep dalam Pembelajaran
Penggunaan peta konsep sebagai media pendidikan pertama kali adalah dalam pengajaran sistematika dalam pelajaran Biologi di tahun 1977 ( Novak, 1977). Sejak itu, media peta konsep berkembang dan telah dipergunakan dalam pembelajaran sain ( Pandley, dkk.,1994). Adapun mengenai efektivitas peta konsep untuk mewujudkan pembelajaran yang berhasil di berbagai tingkat pendidikan di Indonesia sudah banyak dilaporkan. Dilaporkan oleh Aleks Mayumis bahwa penggunaan strategi peta konsep bagi siswa SLTP pada mata pelajaran matematika dapat meningkatkan hasil belajar ( September, 2003 ). Pengajaran dengan menggunakan media peta konsep efektif digunakan dalam mencapai ketuntasan hasil belajar matematika di sekolah  menengah.
 Penggunaan peta konsep dalam mata kuliah Strategi Belajar Mengajar Matematika sebagaimana dilaporkan dapat meningkatkan proses dan hasil belajar mahasiswa. Peningkatan proses terutama terjadi dari: a) penilaain yang lebih positif dari mahasiswa terhadap pembelajaran, b) terjadi perubahan kebiasaan menyalin, kemampuan bertanya, dan kegiatan diskusi. Peningkatan hasil belajar mahasiswa terutama pada: a) peningkatan nilai rata-rata, b) hasil belajar lebih homogen ( Mayumis,Juni 2003).
Media pembelajaran peta konsep telah dinyatakan cocok untuk berbagai bidang pengajaran ( DePoter,dkk.,2000). Ia pun cocok untuk materi berupa konsep, prosedur, dan prinsip. Ketiga jenis materi ini senantiasa mendukung pencapaian kompetensi sastra dalam pembelajaran. Misalnya, mahasiswa membutuhkan pemahaman terhadap konsep alur sebelum melakukan kegiatan apresiasi sastra menafsir alur sebuah cerita. Prosedur atau langkah-langkah persiapan membacakan puisi tentu sudah harus dikuasai mahasiswa sebelum mahasiswa melakukan apresiasi membacakan puisi. Demikian juga dengan prinsip pendekatan mimetik , sudah semestinya diketahui mahasiswa sebelum menghubungkan nilai-nilai budaya yang ada di dalam karya sastra dengan nilai-nilai budaya yang ada dalam realitas hidup sehari-hari. Materi pembelajaran sastra tersebut hampi semuanya abstrak. Oleh sebab itu, sangatlah dibutuhkan media untuk pencapaian pemahamannya.
Pada dasarnya untuk mengembangkan penguasaan konsep yang baik hakikat belajar yang dialami mahasiswa hendaknya dalam konteks “mengonstruksi”. Dalam proses membangun atau mengonstruksi pengetahuan, akan muncul pelbagai pelibatan sang diri yang sedang belajar dengan pengetahuan yang sedang dipelajarinya. Pembangunan yang sukses adalah jika seorang mahasiswa mendapatkan makna ( Hernowo, 2004). Salah satu cara yang dapat mendorong mahasiswa untuk belajar secara “bermakna” adalah dengan penggunaan peta konsep sebagai media pembelajaran yang dapat menunjukkan konsep ilmu secara sistematis, yaitu dibentuk mulai dari inti permasalahan sampai pada bagian pendukung yang mempunyai hubungan satu sama lain, sehingga dapat membentuk pengetahuan dan mempermudah pemahaman suatu topik pelajaran ( Pandley, 1994).
E.       Teknik Membuat Peta Konsep
Langkah yang dilakukan dalam membuat media peta konsep adalah dengan memikirkan apa yang menjadi ‘pusat’ topik yang akan diajarkan, yaitu sesuatu yang dianggap sebagai konsep inti, kemudian menuliskan kata atau istilah, kelompok kata , singkatan, atau rumus yang memiliki arti, yaitu yang mempunyai hubungan dengan konsep inti , sehingga akhirnya membentuk satu peta hubungan integral dan saling terkait antara konsep atas – bawah –samping ( Nakhleh, 1994). Sedangkan simbol-simbol dan ilustrasi-ilustrasi dapat ditambahkan untuk mendapatkan ingatan yang lebih baik. Ditambahkan pula bahwa peta konsep terbaik adalah peta konsep yang warna-warni; menggunakan banyak gambar dan symbol; biasanya tampak seperti karya seni ( DePoter, dkk. 2000, DePoter dan Hernacki 2002, Svantersson, 2004)). Sebagaimana dilaporkan buletin Kontak bahwa pemakaian warna dalam belajar dapat meningkatkan daya ingat dan pemahaman sebesar 47% ( Buletin Kontak, t.t.).peta konsep dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1)    Penyajian kerangka mata kuliah. Kerangka mata kuliah disampaikan pada perkuliahan intensif pertama saat melakukan kontrak perkuliahan.  Penyampaiannya dalam bentuk peta konsep. Seperti peta konsep berikut:
ATOM

Konsep-konsep dasar atom
Ingin mengetahui keberadaan atom
Sistem atom
3
Unsur-Unsur Pembangun atom
Sifat atom
Hakikat atom
4
1
2
5
Bagian atom
Kritik atom
8
7
6
 




                                                    



Pada pertemuan ini, dilakukan pembekalan strategi kognitif mahasiswa berupa keterampilan pembuatan catatan dengan peta konsep. Konsep peta konsep  dielaborasi sedemikian rupa secara persuasif dengan elaborasi kontekstual  dan elaborasi analogi. Materi untuk pertemuan kedua diberikan secara lengkap kepada mahasiswa. Mahasiswa ditugaskan membaca dan mempelajarinya secara mandiri, kemudian meringkasnya dalam bentuk peta konsep secara berkelompok. Mahasiswa diberi tahu bahwa walaupun peta konsep dilaporkan secara berkelompok tetapi setiap mahasiswa harus memiliki peta konsep setiap topik materi kuliah.  Pada tahap awal,  tugas meringkas materi kuliah dalam bentuk peta konsep diberikan secara terbimbing, yakni topik dan cabang-cabang peta konsep sepenuhnya diberikan dosen, mahasiswa ditugaskan melengkapi ranting-rantingnya saja dan dilakukan secara berkelompok. Kerangka peta konsep sebagai bantuan  yang  diberikan berbentuk seperti ini:


Konsep-konsep dasar atom

Pengertian atom
Manfaat atom
Hakikat Sastra
3
Kaidah atom
Ciri-ciri atom
2
4
5
Wilayah atom
1
7
6
Bidang Studi kimia
 







 Secara bertahap bantuan ini dikurangi. Pembuatan ringkasan materi secara mandiri dilakukan mahasiswa apabila keterampilan ini telah dikuasai. Agar hasil pembelajaran lebih optimal, sebaiknya peta konsep diiringi dengan pembuatan daftar istilah beserta pengertiannya.
2) Elaborasi tahap pertama. Elaborasi tahap pertama adalah elaborasi bagian satu atau cabang pertama dari topik Teori Sastra, yakni konsep-konsep dasar atom. Berdasarkan tugas yang telah disampaikan kepada mahasiswa pada pertemuan pertama,  pada pertemuan kedua setiap mahasiswa telah memiliki ringkasan  dalam bentuk peta konsep. Pengonstruksian  konsep-konsep dasar sastra dan studi sastra  dilaksanakan secara kolaboratif antara mahasiswa dengan dosen serta kolaborasi antarmahasiswa. Penulisan peta konsep di white board  pada  awal semester dilakukan dosen. Bila keterampilan mahasiswa sudah memungkinkan,  mahasiswalah yang menuliskannya. Elaborasi tiap-tiap cabang dari topik “konsep-konsep dasaratom” dilakukan secara optimal dengan ragam elaborasi yang relevan. Elaborasi diakhiri dengan  rangkuman dan pensintesis internal. Apabila semua cabang pada topik yang dibahas selesai dielaborasi, dosen memberikan materi untuk perkuliahan berikutnya dengan tugas yang sama.
3) Pertemuan ketiga, setelah elaborasi tahap pertama, dilakukan peninjauan terhadap peta konsep materi pembelajaran elaborasi tahap pertama  Setelah ini, dilakukan elaborasi cabang berikutnya  (elaborasi tahap kedua) sampai elaborasi dirasa mencukupi. Perkuliahan ini diakhiri  dengan rangkuman dan pensintesis  eksternal.
4) Pertemuan keempat dimulai dengan peninjauan semua materi yang telah dipelajarisambil memberikan Feed back. Pembelajaran dilanjutkan denganelaborasi sampai pada tingkat yang mencukupi sesuai dengan kompetensi yang akan dibina. Tetap menggunakan peta konsep, baik oleh dosen maupun mahasiswa. Sepanjang pembelajaran dosen senantiasa mengaktifkan strategi kognitif mahasiswa, dengan peninjauan peta konsep yang dibuat mahasiswa serta pembekalan strategi kognitif lain yang dibutuhkan mahasiswa.
5)  Perkuliahan seperti tahap keempat di atas berlangsung sampai pertemuan semingg sebelum Ujian Tengah Semester (UTS) dilaksanakan.
6) Seminggu sebelum UTS, mahasiswa menciptakan peta konsep yang mencakup seluruh materi yang telah dipelajari. Mahasiswa membuatnya secara berulang-ulang sampai hafal. tidak melihat lagi peta konsep yang asli.
F.       Mengajarkan Teknik Mencatat Peta Konsep
Membuat catatan, merupakan keterampilan belajar untuk belajar. Agar berhasil belajar, setiap mahasiswa harus memilikinya. Ia tergolong sebagai kategori kapabilitas belajar tingkat ketiga, yakni strategi kognitif, pada taksonomi yang dibuat Gagne, yaitu: 1) informasi verbal, 2) keterampilan intelektul, 3) strategi kognitif, 4) sikap, dan 5) keterampilan motorik ( dalam Degeng, 1989 ). Teknik mencatat peta konsep dalam pembelajaran tentu merupakan hal baru bagi mahasiswa. Oleh karena itu, kewajiban dosenlah untuk mengajarkan membuat dan menggunakannya kepada mahasiswa.
Strategi kognitif diajarkan dosen kepada mahasiswa secara terintegrasi dengan penyajian pelajaran, tidak perlu diajarkan secara terpisah ( Pannen, 1997 ). Pada tahap awal, dosen mengajarkannya dengan teknik pemodelan, yakni menggunakannya pada saat penyajian materi. Mahasiswa dapat mengikutinya dengan jalan mencontoh. Secara bertahap mahasiswa diajarkan, misalnya: dimulai dengan melengkapi cabang atau ranting peta konsep suatu materi yang dipelajarinya. Secara bertahap bantuan dikurangi, sehingga akhirnya mahasiswa dapat membuat peta konsep sebagai ringkasan materi kuliah yang diperoleh di dalam kelas dan bentuk pelaporan tugas mengakses dan melaporkan materi kuliah.
Suatu keterampilan dapat dikuasai mahasiswa apabila mahasiswa memiliki pengetahuan tentang keterampilan itu. Mengajarkan peta konsep kepada mahasiswa berkaitan pula dengan perubahan sikap. Dalam hal ini, mahasiswa merespon positif teknik mencatat dengan peta konsep. Sikap ini dapat ditumbuhkan dosen dengan jalan menyampaikan keunggulan teknik mencatat peta konsep. Informasi dari Buzan ini ( 2007:17) dapat digunakan.
Apabila anda telah mengetahui tentang peta konsep, maka anda mulai melihat bagaimana Peta Konsep ( Concept Maps ) bisa membuat hidup anda lebih mudah dan tambah menyenangkan. Ada formula rahasia paling ampuh untuk:
1.    Mengingat-ingat Membuat catatan dengan lebih mudah
2.    Memunculkan ide Menghemat waktu
3.    Berkonsentrasi Memanfatkan waktu sebaik mungkin
4.    Menghadapi ujian dengan mudah