PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pertumbuhan,
perkembangan seseorang berlangsung sejak dilahirkan sampai dengan mati.
Memiliki arti kuantitatif atau segi jasmani bertambah besar bagian-bagian
tubuh. Kualitatif atau psikologis bertambah perkembangan intelektual dan bahasa.
Pertumbuhan dan perkembangan dicakup dalam kematangan. Manusia disebut matang
jika fisik dan psikisnya telah mengalami pertumbuhan dan perkembangan sampai
pada tingkat tertentuPerkembangan individu sangat dipengaruhi oleh adanya
pertumbuhan jika seorang individu mengalami pertumbuhan yang baik maka
perkembangan akan baik pula. Pernyataan ini berbanding lurus dengan H.M. Arifin
tentang perkembangan, bahwa perkembangan diprasyarati oleh adanya pertumbuhan,
oleh karena itu pertumbuhan sangatlah mendukung perkembangan seseorang.
Fase perkembangan individu tidak terlepas dari proses pertumbuhan individu
itu sendiri. Perkembangan pribadi individu meliputi beberapa tahap atau
periodisasi perkembangan, antara lain perkembangan berdasarkan analisis
Biologis, perkembangan berdasarkan Didaktis, perkembangan berdasarkan
psikologis.
Fase perkembangan Biologis merupakan perubahan kualitatif terhadap
struktur dan fungsi-fungsi fisiologis atau pembabakan berdasarkan keadaan atau
proses pertumbuhan tertentu. Fase perkembangan dedaktis
dapat dibedakan menurut dua sudut tujuan, yaitu dari
sudut tujuan teknis umum penyelenggara pendidikan dan dari sudut tujuan teknis khusus perlakuan pendidikan. Fase perkembangan psikologis
merupakan pribadi manusia dimulai sejak masa bayi hingga
masa dewasa.
Aspek– aspek perkembangan individu meliputi fisik, intelektual,
sosial, emosi, bahasa, moral dan agama. Perkembangan fisik meliputi pertumbuhan
sebelum lahir dan pertumbuhan setelah lahir. Intelektual
(kecerdasan) atau daya pikir merupakan kemampuan untuk
beradaptasi secara berhasil dengan situas baru atau lingkungan pada umumnya. Sosial, setiap individu selalu berinteraksi dengan lingkungan
dan selalu memerlukan manusia lainnya. Emosi merupakan
perasaan tertentu yang menyertai setiap keadaan atau
perilaku individu. Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi
dengan yang lain. Moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral. Agama
merupakan kepercayaan yang dianut oleh individu.
REMAJA TENGAH
Menurut Hurlock (1981) remaja adalah
mereka yang berada pada usia 12-18 tahun. Monks, dkk (2000) memberi batasan
usia remaja adalah 12-21 tahun. Menurut Stanley Hall (dalam Santrock, 2003)
usia remaja berada pada rentang 12-23 tahun. Berdasarkan batasan-batasan yang
diberikan para ahli, bisa dilihat bahwa mulainya masa remaja relatif sama,
tetapi berakhirnya masa remaja sangat bervariasi.
Remaja adalah masa yang penuh dengan
permasalahan. Statemen ini sudah dikemukakan jauh pada masa lalu yaitu di awal
abad ke-20 oleh Bapak Psikologi Remaja yaitu Stanley Hall. Pendapat Stanley
Hall pada saat itu yaitu bahwa masa remaja merupakan masa badai dan tekanan (storm
and stress) sampai sekarang masih banyak dikutip orang.Menurut Erickson
masa remaja adalah masa terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas
diri. Karakteristik remaja yang sedang berproses untuk mencari identitas diri
ini juga sering menimbulkan masalah pada diri remaja.
Masalahnya masih berkisar pada rasa
tanggung jawab yang harus mereka pikul sendiri, dengan sendirinya nilai sosial
yang terbawa-bawa sebagai masalah, karena mereka mulai meragukan tentang apa
yang disebut baik dan yang buruk dan ingin membentuk nilai mereka sendiri,
mereka sering bertukar pendapat dengan teman-teman untuk menemukan perbedaan
antara apa yang disebut baik dan yang disebut buruk, dan untuk menguraikan
serba relatifnya apa yang salah dan apa yang benar, terhadap para orang tua
mereka sering protes terhadap hal ini, terutama kalau orang tua ingin memaksa
mereka untuk menurut nilai-nilai yang sudah umum, Diantara perubahan-perubahan
yang terjadi pada masa remaja yang dapat mempengaruhi hubungan orang tua dengan
remaja adalah : pubertas, penalaran logis yang berkembang, pemikiran idealis
yang meningkat, harapan yang tidak tercapai, perubahan di sekolah, teman
sebaya, persahabatan, pacaran, dan pergaulan menuju kebebasan.
Beberapa konflik yang biasa terjadi
antara remaja dengan orang tua hanya berkisar masalah kehidupan sehari-hari
seperti jam pulang ke rumah, cara berpakaian, merapikan kamar tidur.
Konflik-konflik seperti ini jarang menimbulkan dilema utama dibandingkan dengan
penggunaan obat-obatan terlarang maupun kenakalan remaja.
Beberapa remaja juga mengeluhkan
cara-cara orang tua memperlakukan mereka yang otoriter, atau sikap-sikap orang
tua yang terlalu kaku atau tidak memahami kepentingan remaja.Akhir-akhir ini
banyak orang tua maupun pendidik yang merasa khawatir bahwa anak-anak mereka terutama
remaja mengalami degradasi moral. Sementara remaja sendiri juga sering
dihadapkan pada dilema-dilema moral sehingga remaja merasa bingung terhadap
keputusan-keputusan moral yang harus diambilnya. Walaupun di dalam keluarga
mereka sudah ditanamkan nilai-nilai, tetapi remaja akan merasa bingung ketika
menghadapi kenyataan ternyata nilai-nilai tersebut sangat berbeda dengan
nilai-nilai yang dihadapi bersama teman-temannya maupun di lingkungan yang
berbeda. protes-protes ini kadang-kadang dibawakan dengan bersemangat sehingga
dapat menakutkan orang tua yang tidak biasa mendapat pertentangan dari
putra-putrinya.
Permasalahan
akibat perubahan fisik banyak dirasakan oleh remaja awal ketika mereka
mengalami pubertas. Pada remaja yang sudah selesai masa pubertasnya (remaja
tengah dan akhir) permasalahan fisik yang terjadi berhubungan dengan
ketidakpuasan/ keprihatinan mereka terhadap keadaan fisik yang dimiliki yang
biasanya tidak sesuai dengan fisik ideal yang diinginkan. Mereka juga sering
membandingkan fisiknya dengan fisik orang lain ataupun idola-idola mereka.
Permasalahan fisik ini sering mengakibatkan mereka kurang percaya diri.
Berdasarkan
tinjauan teori perkembangan, usia remaja adalah masa saat terjadinya
perubahan-perubahan yang cepat,tubuhnya menjadi pusat perhatian terutama
mengenai ciri-ciri yang mungkin menunjukkan keabnormalan. Dengan telah
matangnya organ-organ seksual pada remaja maka akan mengakibatkan munculnya
dorongan-dorongan seksual. Problem tentang seksual pada remaja adalah berkisar
masalah bagaimana mengendalikan dorongan seksual, konflik antara mana yang
boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan, adanya
"ketidaknormalan" yang dialaminya berkaitan dengan organ-organ
reproduksinya, pelecehan seksual, homoseksual, kehamilan dan aborsi, dan
sebagainya. Masturbasi dilakukan oleh hampir anak remaja dan hal ini tentunya membawa
masalah-masalah pula seperti perasaan salah, ketakutan bahwa mereka akan
menjadi abnormal dan seterusnya. Perhatian yang berlebihan terhadap tubuhnya
dapat pula menyebabkan gejala “ Hipokondria “ yaitu merasa adanya penyakit sedangkan secara fisik tidak ada penyakit
sama sekali, hal ini menyebabkan bahwa mereka sering pergi ke dokter atau
menggunakan obat-obat yanh tidak perlu.
Dalam masalah
kesehatan tidak banyak remaja yang mengalami sakit kronis. Problem yang banyak
terjadi adalah kurang tidur, gangguan makan, maupun penggunaan obat-obatan
terlarang. Beberapa kecelakaan, bahkan kematian pada remaja penyebab terbesar
adalah karakteristik mereka yang suka bereksperimentasi dan bereskplorasi. Gunarsa (1989) merangkum beberapa
karakteristik remaja yang dapat menimbulkan berbagai permasalahan pada diri
remaja, yaitu:
- Kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan.
- Ketidakstabilan emosi.
- Adanya perasaan kosong akibat perombakan pandangan dan petunjuk hidup.
- Adanya sikap menentang dan menantang orang tua.
- Pertentangan di dalam dirinya sering menjadi pangkal penyebab pertentangan-pertentang dengan orang tua.
- Kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi remaja tidak sanggup memenuhi semuanya.
- Senang bereksperimentasi.
- Senang bereksplorasi.
- Mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan bualan.
- Kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan berkelompok.
REMAJA AKHIR
Dalam periode
ini yang berlangsung dari umur 18-21 tahun si remaja mulai memandang dirinya
sebagai orang dewasa,para orang tua dan masyarakat juga memberikan kepercayaan
yang selayaknya. Sebagai contoh misalnya mereka memiliki SIM, sudah boleh ikut
PEMILU dan sebagainya. Hubungan sosial dan hubungan seksual mulai menjadi
hubungan yang tetap, mereka sudah dapat menerima tubuh yang berubah itu dan
telah mempunyai identitas seksual yang kuat ini berarti bahwa laki-laki sudah
jelas menunjukkan kepriaannya. Sedangkan anak gadis jelas menunjukkan
kewanitaannya dan tidak lagi terombang-ambing antara kedua jenis itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar