Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Reaksi Kimia
|
|
Berlangsungnya
proses reaksi kimia tentu membutuhkan waktu. Beberapa reaksi kimia dapat
terjadi dalam waktu yang singkat namun sebagian reaksi kimia lainnya
membutuhkan waktu yang lama. Beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan
reaksi:
A.
Suhu
Semakin
tinggi suhu dalam proses reaksi kimia makin cepat partikel pereaksi bergerak.
Semakin tinggi suhu maka energi partikel pereaksi pun semakin bertambah,
sehingga tumbukan antar partikel pun semakin sering terjadi, maka dengan
bertambahnya suhu reaksi kimia semakin cepat berlangsung.
B.
Katalisator
Katalisator
adalah senyawa yang dapat mempercepat reaksi. Senyawa yang memperlambat
reaksi disebut inhibitor.
Dalam prosesnya katalis ikut relibat dalam reaksi kimia, tetapi dihasilkan
kembali pada akhir reaksi. Dalam tubuh makhluk hidup katalisator dalam
disebut enzim.
Reaktan
A dan B dibantu enzim Y menghasilkan produk reaksi berupa AB dan
enzim Y yang dihasilkan kembali pada akhir reaksi.
Contoh katalis adalah:
C.
Luas Permukaan
Ukuran
materi atau luas permukaan sentuh sangat mempengaruhi kecepatan reaksi. Untuk
mengetahui seberapa besar luas permukaan, bandingkan ketika sebuah zat
dibiarkan menjadi satu bagian padat dan zat yang sama dalam bentuk serbuk.
Tentu luas permukaan zat tersebut akan lebih banyak ketika zat tersebut dalam
bentuk serbuk bukan? Maka semakin besar luas permukaan (partikel) semakin
banyak pula partikel saling bertumbukan.
D. Konsentrasi
Pereaksi
Konsentrasi
suatu zat ditandai dengan seberapa besar kepekatan ataupun jumlah partikel
penyusun zat tersebut. Semakin banyak partikel penyusunnya semakin tinggi
konsentrasi zat tersebut, begitu sebaliknya. Secara sederhana konsentrasi zat
menunjukkan tingkat kepekatan dari zat tersebut.
Contoh: Semakin tinggi konsentrasi partikel gula berarti semakin manis gula tersebut semakin pekat suatu larutan akan semakin cepat bereaksi karena jumlah partikelnya semakin cepat bereaksi karena jumlah partikelnya yang banyak. Contoh: Reaksi antara logam magnesium dengan asam klorida pekat dan asam klorida encer. Pada reaksi antara logam magnesium dengan asam klorida pekat, gelombang gas dihasilkan lebih banyak dan cepat dibandingkan reaksi dengan asam klorida encer.
E.
Sifat Zat
Sifat
zat pereaksi akan menentukan kecepatan berlangsungnya reaksi.
1.
Reaksi antar senyawa ion;
umumnya berlangsung lebih cepat hal ini disebabkan adanya gaya tarik antar
ion-ion yang memilki muatan berlawanan dari zat yang sedang bereaksi.
|
Minggu, 21 Oktober 2012
Sabtu, 20 Oktober 2012
struktur Molekul
Struktur Molekul
Asam nukleat merupakan salah satu makromolekul
yang memegang peranan sangat penting dalam kehidupan organisme karena di
dalamnya tersimpan informasi genetik. Asam nukleat sering dinamakan juga polinukleotida
karena tersusun dari sejumlah molekul nukleotida sebagai monomernya. Tiap
nukleotida mempunyai struktur yang terdiri atas gugus fosfat, gula
pentosa, dan basa nitrogen atau basa nukleotida (basa N).
Ada dua macam asam nukleat, yaitu asam
deoksiribonukleat atau deoxyribonucleic acid (DNA) dan asam
ribonukleat atau ribonucleic acid (RNA). Dilihat dari
strukturnya, perbedaan di antara kedua macam asam nukleat ini terutama terletak
pada komponen gula pentosanya. Pada RNA gula pentosanya adalah ribosa, sedangkan
pada DNA gula pentosanya mengalami kehilangan satu atom O pada posisi C nomor
2’ sehingga dinamakan gula 2’-deoksiribosa (Gambar 2.1.b).
Perbedaan struktur lainnya antara DNA dan RNA
adalah pada basa N-nya. Basa N, baik pada DNA maupun pada RNA, mempunyai
struktur berupa cincin aromatik heterosiklik (mengandung C dan N) dan dapat
dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu purin dan pirimidin.
Basa purin mempunyai dua buah cincin (bisiklik), sedangkan basa pirimidin hanya
mempunyai satu cincin (monosiklik). Pada DNA, dan juga RNA, purin terdiri atas adenin
(A) dan guanin (G). Akan tetapi, untuk pirimidin ada perbedaan
antara DNA dan RNA. Kalau pada DNA basa pirimidin terdiri atas sitosin (C)
dan timin (T), pada RNA tidak ada timin dan sebagai gantinya terdapat urasil
(U). Timin berbeda dengan urasil hanya karena adanya gugus metil pada
posisi nomor 5 sehingga timin dapat juga dikatakan sebagai 5-metilurasil.
Gambar 2.1. Komponen-komponen asam nukleat
a) gugus fosfat b)
gula pentosa c) basa N
Di antara ketiga komponen monomer asam nukleat
tersebut di atas, hanya basa N-lah yang memungkinkan terjadinya variasi. Pada
kenyataannya memang urutan (sekuens) basa N pada suatu molekul asam nukleat
merupakan penentu bagi spesifisitasnya. Dengan perkataan lain, identifikasi
asam nukleat dilakukan berdasarkan atas urutan basa N-nya sehingga secara skema
kita bisa menggambarkan suatu molekul asam nukleat hanya dengan menuliskan
urutan basanya saja.
Nukleosida dan nukleotida
Penomoran posisi atom C pada cincin gula
dilakukan menggunakan tanda aksen (1’, 2’, dan seterusnya), sekedar untuk
membedakannya dengan penomoran posisi pada cincin basa. Posisi 1’ pada gula
akan berikatan dengan posisi 9 (N-9) pada basa purin atau posisi 1 (N-1)
pada basa pirimidin melalui ikatan glikosidik atau glikosilik (Gambar
2.2). Kompleks gula-basa ini dinamakan nukleosida.
Di atas telah disinggung bahwa asam nukleat
tersusun dari monomer-monomer berupa nukleotida, yang masing-masing terdiri
atas sebuah gugus fosfat, sebuah gula pentosa, dan sebuah basa N. Dengan
demikian, setiap nukleotida pada asam nukleat dapat dilihat sebagai nukleosida
monofosfat. Namun, pengertian nukleotida secara umum sebenarnya adalah
nukleosida dengan sebuah atau lebih gugus fosfat. Sebagai contoh, molekul ATP
(adenosin trifosfat) adalah nukleotida yang merupakan nukleosida dengan tiga
gugus fosfat.
Jika gula pentosanya adalah ribosa seperti halnya
pada RNA, maka nukleosidanya dapat berupa adenosin, guanosin, sitidin, dan uridin.
Begitu pula, nukleotidanya akan ada empat macam, yaitu adenosin monofosfat,
guanosin monofosfat, sitidin monofosfat, dan uridin monofosfat. Sementara itu,
jika gula pentosanya adalah deoksiribosa seperti halnya pada DNA, maka
(2’-deoksiribo)nukleosidanya terdiri atas deoksiadenosin, deoksiguanosin,
deoksisitidin, dan deoksitimidin.
Ikatan fosfodiester
Selain ikatan glikosidik yang menghubungkan gula
pentosa dengan basa N, pada asam nukleat terdapat pula ikatan kovalen melalui
gugus fosfat yang menghubungkan antara gugus hidroksil (OH) pada posisi 5’ gula
pentosa dan gugus hidroksil pada posisi 3’ gula pentosa nukleotida berikutnya.
Ikatan ini dinamakan ikatan fosfodiester karena secara kimia gugus
fosfat berada dalam bentuk diester (Gambar 2.2).
Gambar 2.2. Ikatan fosfodiester dan ikatan
glikosidik pada asam nukleat
Oleh karena ikatan fosfodiester menghubungkan
gula pada suatu nukleotida dengan gula pada nukleotida berikutnya, maka ikatan
ini sekaligus menghubungkan kedua nukleotida yang berurutan tersebut. Dengan
demikian, akan terbentuk suatu rantai polinukleotida yang masing-masing
nukleotidanya satu sama lain dihubungkan oleh ikatan fosfodiester.
Kecuali yang berbentuk sirkuler, seperti halnya
pada kromosom dan plasmid bakteri, rantai polinukleotida memiliki dua ujung.
Salah satu ujungnya berupa gugus fosfat yang terikat pada posisi 5’ gula
pentosa. Oleh karena itu, ujung ini dinamakan ujung P atau ujung 5’.
Ujung yang lainnya berupa gugus hidroksil yang terikat pada posisi 3’
gula pentosa sehingga ujung ini dinamakan ujung OH atau ujung 3’.
Adanya ujung-ujung tersebut menjadikan rantai polinukleotida linier mempunyai
arah tertentu.
Pada pH netral adanya gugus fosfat akan
menyebabkan asam nukleat bermuatan negatif. Inilah alasan pemberian nama ’asam’
kepada molekul polinukleotida meskipun di dalamnya juga terdapat banyak basa N.
Kenyataannya, asam nukleat memang merupakan anion asam kuat atau merupakan
polimer yang sangat bermuatan negatif.
Sekuens asam nukleat
Telah dikatakan di atas bahwa urutan basa N akan
menentukan spesifisitas suatu molekul asam nukleat sehingga biasanya kita
menggambarkan suatu molekul asam nukleat cukup dengan menuliskan urutan basa
(sekuens)-nya saja. Selanjutnya, dalam penulisan sekuens asam nukleat ada
kebiasaan untuk menempatkan ujung 5’ di sebelah kiri atau ujung 3’ di sebelah
kanan. Sebagai contoh, suatu sekuens DNA dapat dituliskan 5’-ATGACCTGAAAC-3’
atau suatu sekuens RNA dituliskan 5’-GGUCUGAAUG-3’.
Jadi, spesifisitas suatu asam nukleat selain
ditentukan oleh sekuens basanya, juga harus dilihat dari arah pembacaannya. Dua
asam nukleat yang memiliki sekuens sama tidak berarti keduanya sama jika
pembacaan sekuens tersebut dilakukan dari arah yang berlawanan (yang satu 5’→
3’, sedangkan yang lain 3’→ 5’).
Struktur tangga berpilin (double helix)
DNA
Dua orang ilmuwan, J.D.Watson dan F.H.C.Crick,
mengajukan model struktur molekul DNA yang hingga kini sangat diyakini
kebenarannya dan dijadikan dasar dalam berbagai teknik yang berkaitan dengan
manipulasi DNA. Model tersebut dikenal sebagai tangga berplilin (double
helix). Secara alami DNA pada umumnya mempunyai struktur molekul tangga
berpilin ini.
Model tangga berpilin menggambarkan struktur
molekul DNA sebagai dua rantai polinukleotida yang saling memilin membentuk
spiral dengan arah pilinan ke kanan. Fosfat dan gula pada
masing-masing rantai menghadap ke arah luar sumbu pilinan, sedangkan basa N
menghadap ke arah dalam sumbu pilinan dengan susunan yang sangat khas sebagai
pasangan – pasangan basa antara kedua rantai. Dalam hal ini, basa A pada satu rantai
akan berpasangan dengan basa T pada rantai lainnya, sedangkan basa G
berpasangan dengan basa C. Pasangan-pasangan basa ini dihubungkan oleh ikatan
hidrogen yang lemah (nonkovalen). Basa A dan T dihubungkan oleh ikatan
hidrogen rangkap dua, sedangkan basa G dan C dihubungkan oleh ikatan hidrogen
rangkap tiga. Adanya ikatan hidrogen tersebut menjadikan kedua rantai
polinukleotida terikat satu sama lain dan saling komplementer. Artinya,
begitu sekuens basa pada salah satu rantai diketahui, maka sekuens pada rantai
yang lainnya dapat ditentukan.
Oleh karena basa bisiklik selalu berpasangan
dengan basa monosiklik, maka jarak antara kedua rantai polinukleotida di
sepanjang molekul DNA akan selalu tetap. Dengan perkataan lain, kedua rantai
tersebut sejajar. Akan tetapi, jika rantai yang satu dibaca dari arah 5’ ke 3’,
maka rantai pasangannya dibaca dari arah 3’ ke 5’. Jadi, kedua rantai tersebut
sejajar tetapi berlawanan arah (antiparalel).
Gambar 2.3. Model
struktur tangga berpilin DNA
P = fosfat S =gula
A = adenin, G = guanin, C = sitosin, T =timin
Jarak antara dua pasangan basa yang berurutan
adalah 0,34 nm. Sementara itu, di dalam setiap putaran spiral terdapat 10
pasangan basa sehingga jarak antara dua basa yang tegak lurus di dalam
masing-masing rantai menjadi 3,4 nm. Namun, kondisi semacam ini hanya dijumpai
apabila DNA berada dalam medium larutan fisiologis dengan kadar garam rendah
seperti halnya yang terdapat di dalam protoplasma sel hidup. DNA semacam ini
dikatakan berada dalam bentuk B atau bentuk yang sesuai dengan model asli
Watson-Crick. Bentuk yang lain, misalnya bentuk A, akan dijumpai jika DNA
berada dalam medium dengan kadar garam tinggi. Pada bentuk A terdapat 11
pasangan basa dalam setiap putaran spiral. Selain itu, ada pula bentuk Z, yaitu
bentuk molekul DNA yang mempunyai arah pilinan spiral ke kiri. Bermacam-macam
bentuk DNA ini sifatnya fleksibel, artinya dapat berubah dari yang satu ke yang
lain bergantung kepada kondisi lingkungannya.
Modifikasi struktur molekul RNA
Tidak seperti DNA, molekul RNA pada umumnya
berupa untai tunggal sehingga tidak memiliki struktur tangga berpilin. Namun,
modifikasi struktur juga terjadi akibat terbentuknya ikatan hidrogen di dalam
untai tunggal itu sendiri (intramolekuler).
Dengan adanya modifikasi struktur molekul RNA,
kita mengenal tiga macam RNA, yaitu RNA duta atau messenger RNA
(mRNA), RNA pemindah atau transfer RNA (tRNA), dan RNA
ribosomal (rRNA). Struktur mRNA dikatakan sebagai struktur primer, sedangkan
struktur tRNA dan rRNA dikatakan sebagai struktur sekunder. Perbedaan di antara
ketiga struktur molekul RNA tersebut berkaitan dengan perbedaan fungsinya
masing-masing.
Sifat-sifat Fisika-Kimia Asam Nukleat
Di bawah ini akan dibicarakan sekilas beberapa
sifat fisika-kimia asam nukleat. Sifat-sifat tersebut adalah stabilitas asam
nukleat, pengaruh asam, pengaruh alkali, denaturasi kimia, viskositas, dan
kerapatan apung.
Stabilitas asam nukleat
Ketika kita melihat struktur tangga berpilin
molekul DNA atau pun struktur sekunder RNA, sepintas akan nampak bahwa struktur
tersebut menjadi stabil akibat adanya ikatan hidrogen di antara basa-basa yang
berpasangan. Padahal, sebenarnya tidaklah demikian. Ikatan hidrogen di antara
pasangan-pasangan basa hanya akan sama kuatnya dengan ikatan hidrogen antara
basa dan molekul air apabila DNA berada dalam bentuk rantai tunggal. Jadi,
ikatan hidrogen jelas tidak berpengaruh terhadap stabilitas struktur asam
nukleat, tetapi sekedar menentukan spesifitas perpasangan basa.
Penentu stabilitas struktur asam nukleat
terletak pada interaksi penempatan (stacking interactions) antara
pasangan-pasangan basa. Permukaan basa yang bersifat hidrofobik menyebabkan
molekul-molekul air dikeluarkan dari sela-sela perpasangan basa sehingga
perpasangan tersebut menjadi kuat.
Pengaruh asam
Di dalam asam pekat dan suhu tinggi, misalnya
HClO4 dengan suhu lebih dari 100ºC, asam nukleat akan mengalami
hidrolisis sempurna menjadi komponen-komponennya. Namun, di dalam asam mineral
yang lebih encer, hanya ikatan glikosidik antara gula dan basa purin saja yang
putus sehingga asam nukleat dikatakan bersifat apurinik.
Pengaruh alkali
Pengaruh alkali terhadap asam nukleat
mengakibatkan terjadinya perubahan status tautomerik basa. Sebagai
contoh, peningkatan pH akan menyebabkan perubahan struktur guanin dari bentuk
keto menjadi bentuk enolat karena molekul tersebut kehilangan sebuah proton.
Selanjutnya, perubahan ini akan menyebabkan terputusnya sejumlah ikatan
hidrogen sehingga pada akhirnya rantai ganda DNA mengalami denaturasi. Hal yang
sama terjadi pula pada RNA. Bahkan pada pH netral sekalipun, RNA jauh lebih
rentan terhadap hidrolisis bila dibadingkan dengan DNA karena adanya gugus OH
pada atom C nomor 2 di dalam gula ribosanya.
Denaturasi kimia
Sejumlah bahan kimia diketahui dapat menyebabkan
denaturasi asam nukleat pada pH netral. Contoh yang paling dikenal adalah urea
(CO(NH2)2) dan formamid (COHNH2). Pada
konsentrasi yang relatif tinggi, senyawa-senyawa tersebut dapat merusak ikatan
hidrogen. Artinya, stabilitas struktur sekunder asam nukleat menjadi berkurang
dan rantai ganda mengalami denaturasi.
Viskositas
DNA kromosom dikatakan mempunyai nisbah aksial
yang sangat tinggi karena diameternya hanya sekitar 2 nm, tetapi panjangnya
dapat mencapai beberapa sentimeter. Dengan demikian, DNA tersebut berbentuk
tipis memanjang. Selain itu, DNA merupakan molekul yang relatif kaku sehingga
larutan DNA akan mempunyai viskositas yang tinggi. Karena sifatnya itulah
molekul DNA menjadi sangat rentan terhadap fragmentasi fisik. Hal ini
menimbulkan masalah tersendiri ketika kita hendak melakukan isolasi DNA yang
utuh.
Kerapatan apung
Analisis dan pemurnian DNA dapat dilakukan sesuai
dengan kerapatan apung (bouyant density)-nya. Di dalam larutan yang
mengandung garam pekat dengan berat molekul tinggi, misalnya sesium klorid
(CsCl) 8M, DNA mempunyai kerapatan yang sama dengan larutan tersebut, yakni
sekitar 1,7 g/cm3. Jika larutan ini disentrifugasi dengan
kecepatan yang sangat tinggi, maka garam CsCl yang pekat akan bermigrasi ke
dasar tabung dengan membentuk gradien kerapatan. Begitu juga, sampel DNA
akan bermigrasi menuju posisi gradien yang sesuai dengan kerapatannya. Teknik
ini dikenal sebagai sentrifugasi seimbang dalam tingkat kerapatan (equilibrium
density gradient centrifugation) atau sentrifugasi isopiknik.
Oleh karena dengan teknik sentrifugasi tersebut
pelet RNA akan berada di dasar tabung dan protein akan mengapung, maka DNA
dapat dimurnikan baik dari RNA maupun dari protein. Selain itu, teknik tersebut
juga berguna untuk keperluan analisis DNA karena kerapatan apung DNA (ρ)
merupakan fungsi linier bagi kandungan GC-nya. Dalam hal ini, ρ
= 1,66 + 0,098% (G + C).
Gambar 2.4. Sentrifugasi seimbang dalam
tingkat kerapatan
Sifat-sifat Spektroskopik-Termal Asam Nukleat
Sifat spektroskopik-termal asam nukleat meliputi
kemampuan absorpsi sinar UV, hipokromisitas, penghitungan konsentrasi asam
nukleat, penentuan kemurnian DNA, serta denaturasi termal dan renaturasi asam
nukleat. Masing-masing akan dibicarakan sekilas berikut ini.
Absorpsi UV
Asam nukleat dapat mengabsorpsi sinar UV karena
adanya basa nitrogen yang bersifat aromatik; fosfat dan gula tidak memberikan
kontribusi dalam absorpsi UV. Panjang gelombang untuk absorpsi maksimum baik
oleh DNA maupun RNA adalah 260 nm atau dikatakan λmaks = 260
nm. Nilai ini jelas sangat berbeda dengan nilai untuk protein yang mempunyai λmaks
= 280 nm. Sifat-sifat absorpsi asam nukleat dapat digunakan untuk
deteksi, kuantifikasi, dan perkiraan kemurniannya.
Hipokromisitas
Meskipun λmaks untuk DNA dan RNA
konstan, ternyata ada perbedaan nilai yang bergantung kepada lingkungan di
sekitar basa berada. Dalam hal ini, absorbansi pada λ 260 nm (A260)
memperlihatkan variasi di antara basa-basa pada kondisi yang berbeda. Nilai
tertinggi terlihat pada nukleotida yang diisolasi, nilai sedang diperoleh pada
molekul DNA rantai tunggal (ssDNA) atau RNA, dan nilai terendah dijumpai pada
DNA rantai ganda (dsDNA). Efek ini disebabkan oleh pengikatan basa di dalam
lingkungan hidrofobik. Istilah klasik untuk menyatakan perbedaan nilai
absorbansi tersebut adalah hipokromisitas. Molekul dsDNA dikatakan relatif
hipokromik (kurang berwarna) bila dibandingkan dengan ssDNA. Sebaliknya, ssDNA
dikatakan hiperkromik terhadap dsDNA.
Penghitungan konsentrasi asam nukleat
Konsentrasi DNA dihitung atas dasar nilai A260-nya.
Molekul dsDNA dengan konsentrasi 1mg/ml mempunyai A260 sebesar
20, sedangkan konsentrasi yang sama untuk molekul ssDNA atau RNA mempunyai A260
lebih kurang sebesar 25. Nilai A260 untuk ssDNA dan RNA
hanya merupakan perkiraan karena kandungan basa purin dan pirimidin pada kedua
molekul tersebut tidak selalu sama, dan nilai A260 purin
tidak sama dengan nilai A260 pirimidin. Pada dsDNA, yang
selalu mempunyai kandungan purin dan pirimidin sama, nilai A260 -nya
sudah pasti.
Kemurnian asam nukleat
Tingkat kemurnian asam nukleat dapat diestimasi
melalui penentuan nisbah A260 terhadap A280.
Molekul dsDNA murni mempunyai nisbah A260 /A280
sebesar 1,8. Sementara itu, RNA murni mempunyai nisbah A260
/A280 sekitar 2,0. Protein, dengan λmaks
= 280 nm, tentu saja mempunyai nisbah A260 /A280
kurang dari 1,0. Oleh karena itu, suatu sampel DNA yang
memperlihatkan nilai A260 /A280 lebih dari
1,8 dikatakan terkontaminasi oleh RNA. Sebaliknya, suatu sampel DNA yang
memperlihatkan nilai A260 /A280 kurang
dari 1,8 dikatakan terkontaminasi oleh protein.
Denaturasi termal dan renaturasi
Di atas telah disinggung bahwa beberapa senyawa
kimia tertentu dapat menyebabkan terjadinya denaturasi asam nukleat. Ternyata,
panas juga dapat menyebabkan denaturasi asam nukleat. Proses denaturasi ini
dapat diikuti melalui pengamatan nilai absorbansi yang meningkat karena molekul
rantai ganda (pada dsDNA dan sebagian daerah pada RNA) akan berubah menjadi
molekul rantai tunggal.
Denaturasi termal pada DNA dan RNA ternyata
sangat berbeda. Pada RNA denaturasi berlangsung perlahan dan bersifat acak
karena bagian rantai ganda yang pendek akan terdenaturasi lebih dahulu daripada
bagian rantai ganda yang panjang. Tidaklah demikian halnya pada DNA. Denaturasi
terjadi sangat cepat dan bersifat koperatif karena denaturasi pada kedua ujung
molekul dan pada daerah kaya AT akan mendestabilisasi daerah-daerah di
sekitarnya.
Suhu ketika molekul asam nukleat mulai mengalami
denaturasi dinamakan titik leleh atau melting temperature (Tm).
Nilai Tm merupakan fungsi kandungan GC sampel DNA, dan
berkisar dari 80 ºC hingga 100ºC untuk molekul-molekul DNA yang panjang.
DNA yang mengalami denaturasi termal dapat
dipulihkan (direnaturasi) dengan cara didinginkan. Laju pendinginan berpengaruh
terhadap hasil renaturasi yang diperoleh. Pendinginan yang berlangsung cepat
hanya memungkinkan renaturasi pada beberapa bagian/daerah tertentu. Sebaliknya,
pendinginan yang dilakukan perlahan-lahan dapat mengembalikan seluruh molekul
DNA ke bentuk rantai ganda seperti semula. Renaturasi yang terjadi antara
daerah komplementer dari dua rantai asam nukleat yang berbeda dinamakan hibridisasi.
Superkoiling DNA
Banyak molekul dsDNA berada dalam bentuk sirkuler
tertutup atau closed-circular (CC), misalnya DNA plasmid dan
kromosom bakteri serta DNA berbagai virus. Artinya, kedua rantai membentuk
lingkaran dan satu sama lain dihubungkan sesuai dengan banyaknya putaran
heliks (Lk) di dalam molekul DNA tersebut.
Sejumlah sifat muncul dari kondisi sirkuler DNA.
Cara yang baik untuk membayangkannya adalah menganggap struktur tangga berpilin
DNA seperti gelang karet dengan suatu garis yang ditarik di sepanjang gelang
tersebut. Jika kita membayangkan suatu pilinan pada gelang, maka deformasi yang
terbentuk akan terkunci ke dalam sistem pilinan tersebut. Deformasi inilah yang
disebut sebagai superkoiling.
Interkalator
Geometri suatu molekul yang mengalami
superkoiling dapat berubah akibat beberapa faktor yang mempengaruhi pilinan
internalnya. Sebagai contoh, peningkatan suhu dapat menurunkan jumlah pilinan,
atau sebaliknya, peningkatan kekuatan ionik dapat menambah jumlah pilinan.
Salah satu faktor yang penting adalah keberadaan interkalator seperti etidium
bromid (EtBr). Molekul ini merupakan senyawa aromatik polisiklik bermuatan
positif yang menyisip di antara pasangan-pasangan basa. Dengan adanya EtBr
molekul DNA dapat divisualisasikan menggunakan paparan sinar UV.
makalah biokimia tentang asam nukleat
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Asam
nukleat merupakan pengemban kode genetik dalam sistem kehidupan. Karena
informasi yang terkandung dalam asam-asam nukleat itu, suatu organisme mampu membiosintesis
tipe protein yang berlainan (rambut, kulit, otot, enzim dan sebagainya) dan
memproduksi lebih banyak organisme dari jenisnya sendiri. Asam nukleat
merupakan suatu polimer yang terdiri dari banyak molekul nukleotida. Ada dua
macam asam nukleat, yaitu DNA dan RNA. DNA terutama dijumpai dalam inti sel,
asam ini merupakan pengemban kode genetik dan dapat mereproduksi atau
mereplikasi dirinya dengan tujuan membentuk sel-sel baru untuk reproduksi
organisme itu, dalam sebagian besar organisme, DNA suatu sel mengarahkan
sintesis molekul RNA. Satu tipe RNA yakni RNA pesuruh (mRNA) meninggalkan inti
sel dan mengarahkan biosintesis dari berbagai tipe protein dalam organisme itu
sesuai dengan kode DNAnya.
Asam-asam
nukleat terdapat pada jaringan-jaringan tubuh sebagai nukleoprotein, yaitu
gabungan antara asam nukleat dengan protein. Untuk memperoleh asam nukleat dari
jaringan-jaringan tersebut, dapat di lakukan ekstraksi terhadap nukleoprotein
terlebih dahulu menggunakan larutan garam 1M. Setelah nukleoprotein terlarut,
dapat diuraikan menjadi protein-protein dan asam nukleat dengan menambah
asam-asam lemah atau alkali secara hati-hati, atau dengan menambah NaCl hingga
larutan menjadi jenuh. Setelah terpisah dari protein yang mengikatnya, asam
nukleat dapat diendapkan dengan penambahan alkohol perlahan-lahan. Disamping
itu penambahan NaCl hingga jenuh akan mengendapkan protein.
B.
Tujuan
Tujuan dari makalah
ini adalah sebagai berikut :
1.
Menjelaskan pengertian
dari asam nukleat.
2.
Menjelaskan fungsi
senyawa asam nukleat
3.
Menjelaskan komposisi
molekular asam nukleat serta jenis dari asam nukleat.
C.
Rumusan Masalah
Dalam makalah ini akan
di bahas tentang:
1. Apa pengertian asam nukleat ?
2. Apakah fungsi dari asam nukleat?
3. Apa saja komposisi molekular dari asam nukleat?
4. Apa saja jenis-jenis asam nukleat ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Asam Nukleat
Asam nukleat dari biologi molekul penting bagi
kehidupan, dan termasuk DNA (asam
deoksiribonukleat) dan RNA (asam ribonukleat).
Bersama dengan protein, asam nukleat
membentuk paling penting makromolekul , masing-masing ditemukan
dalam kelimpahan dalam semua makhluk hidup, di mana mereka berfungsi dalam
pengkodean, transmisi dan mengekspresikan informasi genetik.
Asam nukleat ditemukan oleh Friedrich Miescher pada tahun 1869.
Studi Eksperimental asam nukleat merupakan bagian utama modern biologi dan penelitian medis , dan membentuk
dasar untuk genom dan ilmu forensik , serta bioteknologi dan industri farmasi. Kemudian Albrecht Kossel menemukan asam nukleat yang tersusun oleh
suatu gugus gula, gugus fosfat, dan gugus basa.
Ciri- ciri Asam Nukleat :
a.
Terdapat pada semua
sel hidup
b.
Merupakan makromolekul
dengan monomer Mononukleotida
B.
Fungsi Asam Nukleat
Fungsi Asam Nukleat
adalah sebagai berikut:
1.
Menyimpan, mereplikasi
dan mentranskripsi informasi genetika
2.
Turut dalam
metabolisme
3.
Penyimpan energi
4.
Sebagai ko-enzim
C.
Struktur Asam Nukleat

D. Tata nama Asam Nukleat
Asam nukleat istilah adalah nama keseluruhan untuk
DNA dan RNA, anggota keluarga biopolimer, dan ini identik
dengan polinukleotida. Asam nukleat dinamai untuk penemuan
awal mereka dalam inti, dan untuk gugus
fosfat (terkait dengan asam fosfat). Meskipun pertama kali ditemukan dalam nukleus dari eukariotik sel, asam nukleat
sekarang dikenal dapat ditemukan dalam semua bentuk kehidupan, termasuk dalam bakteri, archaea, mitokondria, kloroplas, virus dan viroid. Semua sel hidup dan
organel mengandung DNA dan RNA, sedangkan virus mengandung baik DNA atau RNA,
tetapi biasanya tidak keduanya. Komponen dasar asam nukleat biologis adalah nukleotida yang masing-masing
berisi gula pentosa (ribosa atau deoksiribosa), sebuah fosfat kelompok, dan nucleobase . Asam nukleat juga
dihasilkan dalam laboratorium, melalui penggunaan enzim (DNA dan RNA polimerase) dan dengan padat-fase sintesis
kimia. Metode kimia juga memungkinkan generasi asam nukleat yang
berubah yang tidak ditemukan di alam, misalnya asam nukleat peptida .
•
Gula pada asam nukleat adalah ribosa.
•
Ribosa (b-D-furanosa) adalah gula pentosa (jumlah karbon 5).

•
Perhatikan penomoran. Dalam penulisan diberi tanda prime(')
untuk membedakan penomoran pada basa nitrogen

•
Ikatan gula ribosa dengan basa nitrogen (pada atom karbon
nomor 1).
•
Ikatan gula ribosa dengan gugus fosfat (pada atom karbon
nomor 5).
• Gugus hidroksil pada
atom karbon nomor 2

BASA NITROGEN
•
Basa nitrogen berikatan dengan ikatan-b
pada atom karbon nomor1' dari gula ribosa atau deoksiribosa.
•
Pirimidin berikatan ke gula ribosa pada
atom N-1 dari struktur cincinnya.
•
Purin berikatan ke gula ribosa pada atom
N-9 dari struktur cincinnya.

BASA PIRIMIDIN DAN PURIN

BASA-BASA DALAM ASAM NUKLEAT



GUGUS FOSFAT

1. Nukleosida : Senyawa antara purin dan primidin dengan ribosa
dan deoksiribosa. Beberapa nama nukleosida :

2. Nukleotida : Ester nukleosida dengan asam fosfat. Singkatan
nama beberapa nukleotida :

Fungsi
nukleotida :
1. Sebagai pembawa energy. Nukleotida yang penting : AMP, ADP,
ATP→ penting dalam penyimpanan dan pemanfaatan energi selama metabolisme sel.
ATP pembawa energi utama dalam sel :


Energi
ATP
+ H2O→ ADP + Pa (as. fosfat) + energi (hidrolisis)
2.
Pembawa bahan
pembentuk dasar suatu molekul.
Contoh :
-
Nukleotida Uridin
Difosfat (UDP) untuk sintesis glikogen
-
Kolin Sitidin Difosfat
sintesis kolin fosfolipid.
-
Nukleotida trifosfat
(NTP) sintesis DNA dan RNA
3. Sebagai ko enzim
-
Nikotamida Mono
Nukleotida (NMN) → merupakan vitamin
-
Flavin Mono Nukleotida
(FMN) → koenzim proses oksidasi – reduksi
pada respirasi sel.
-
Nikotinamida Adenin
Dinukleotida (NAD), Nikotinamida Adenin Dinukleotida Fosfat (NADP), Flavin
Adenin Dinukleotida (FAD) → koenzim proses
oksidasi – reduksi
E. Komposisi Molekuler
dan Ukuran Asam Nukleat
Asam nukleat dapat bervariasi dalam
ukuran, tetapi umumnya molekul yang sangat besar. Memang, molekul DNA yang
mungkin merupakan molekul individu terbesar yang diketahui. Dipelajari dengan
baik biologi molekul asam nukleat berbagai ukuran dari 21 nukleotida ( kecil mengganggu RNA ) ke kromosom besar
( 1 kromosom manusia adalah molekul
tunggal yang berisi pasangan basa 247 juta
).
Dalam kebanyakan kasus, molekul DNA
alami adalah untai ganda RNA dan molekul untai tunggal. Ada pengecualian
banyak, namun-beberapa virus memiliki genom terbuat dari RNA untai ganda dan virus lainnya
memiliki DNA beruntai tunggal genom, dan, dalam
beberapa keadaan, struktur asam nukleat dengan tiga atau empat helai bisa terwujud.
Asam nukleat adalah linear polimer (rantai) dari nukleotida.
Setiap nukleotida terdiri dari tiga komponen: purin atau pirimidin nucleobase (kadang-kadang
disebut basis nitrogen atau hanya basa), sebuah pentosa gula, dan fosfat kelompok.
Sub-struktur yang terdiri dari gula nucleobase ditambah disebut sebuah nukleosida . Jenis asam nukleat
berbeda dalam struktur gula dalam nukleotida mereka - DNA berisi 2'- deoksiribosa sedangkan RNA
mengandung ribosa (di mana
satu-satunya perbedaan adalah adanya gugus hidroksil ). Juga, nukleobasa
ditemukan di kedua jenis asam nukleat yang berbeda: adenin , sitosin , dan guanin dapat ditemukan di
kedua RNA dan DNA, sedangkan timin terjadi pada DNA dan
urasil terjadi pada RNA.
Gula dan fosfat dalam asam nukleat
saling terhubung satu sama lain dalam rantai bolak (gula-fosfat tulang
punggung) melalui fosfodiester hubungan. Dalam nomenklatur
konvensional , karbon-karbon dimana gugus fosfat melampirkan adalah
ujung 3'-5 dan '-akhir karbon dari gula. Hal ini memberikan asam nukleat directionality, dan ujung-ujung
molekul asam nukleat yang disebut sebagai 5'-end dan 3'-end. Para nukleobasa
bergabung ke gula melalui N-glikosidik hubungan yang melibatkan nitrogen cincin
nucleobase (N-1 untuk pirimidin dan N-9 untuk purin) dan karbon 1 'dari cincin
gula pentosa.
F. Jenis-Jenis asam
nukleat
1.
Asam Deoksiribonukleat
Asam deoksiribonukleat merupakan asam
nukleat yang berisi instruksi genetik yang digunakan dalam pengembangan dan
fungsi dari semua organisme hidup dikenal. Peran utama dari molekul DNA adalah
penyimpanan jangka panjang informasi dan DNA sering dibandingkan dengan satu
set cetak biru, karena berisi petunjuk yang dibutuhkan untuk membangun komponen
lain sel, seperti protein dan molekul RNA. Segmen DNA yang membawa informasi
genetik ini disebut gen, tetapi urutan DNA lain memiliki tujuan struktural,
atau terlibat dalam mengatur penggunaan informasi ini genetik.
Ciri-ciri Asam
Deoksiribonukleat :
·
Makromolekul dengan Mr
yang sangat besar.
·
Terdiri dari
mononukleotida utama :
dAMP, dGMP, dTMP, dCMP
·
Terdiri dari dua atau
lebih rantai polinukleotida
yang tersusun dalam
struktur heliks (heliks ganda)
·
Setiap
spesies/organisme mononukleotida utamanya mempunyai perbandingan, urutan dan berat
molekul (Mr) yang spesifik.
·
Pada sel prokariotik
(mengandung hanya satu kromosom) DNA nya merupakan makromolekul tunggal dengan Mr
= 2 x 109.
·
Pada sel eukariotik
(mengandung banyak kromosom) mempunyai banyak molekul DNA dengan Mr yang sangat
besar.
·
DNA terutama terdapat
dalam inti sel (DNA inti) bergabung dengan protein histon. Juga
bisa terdapat pada sitoplasma (DNA sitoplasma), dalam mitokondria, dalam
khloroplas.
·
Pada sel bakteri
selain terdapat dalam inti sel juga bisa pada sel membran = mesosom dan dalam
sitoplasma di luar kromosom = plasmid/episom.
·
DNA normal dari suatu
spesies yang berbeda menunjukkan adanya keteraturan (regularitas)
CHARGAFF’S RULES :
-
Komposisi basa dari
DNA suatu organisme adalah tetap pada semua sel nya dan mempunyai karakteristik
tertentu
-
Komposisi basa dari
DNA bervariasi dari suatu organisme dengan organisme lainnya dinyatakan dengan
dissymmetry ratio : (A + T) / (G + C)
-
Komposisi basa dari
suatu spesies tidak berubah oleh umur, keadaan nutrisi, ataupun lingkungan.
-
Jumlah adenin dalam
DNA suatu organisme selalu sama dengan jumlah timin (A = T).
-
Jumlah guanin dalam
DNA suatu organisme selalu sama dengan jumlah sitosin (G=C).
-
Jumlah total basa
purin dalam DNA suatu organisme selalu sama dengan jumlah total basa pirimidin
: (A + G) = (T + C).

DEOKSIRIBONUKLEOTIDA UTAMA

2.
Asam Ribonukleat
Asam ribonukleat (RNA) fungsi dalam
mengkonversi informasi genetik dari gen ke dalam sekuens asam amino dari
protein. Ketiga jenis universal termasuk RNA transfer (tRNA), messenger RNA
(mRNA), dan RNA ribosomal (rRNA). Messenger RNA bertindak untuk
membawa informasi urutan genetik antara DNA dan ribosom, mengarahkan sintesis
protein. Ribosomal RNA adalah komponen
utama dari ribosom, dan mengkatalisis pembentukan ikatan peptida. transfer RNA berfungsi sebagai
molekul pembawa untuk asam amino yang akan digunakan dalam sintesis protein,
dan bertanggung jawab untuk decoding mRNA. Selain itu, banyak kelas RNA sekarang dikenal.
Ciri-ciri Asam Ribonukleat :
·
Terdiri dari rantai
tunggal poliribonukleotida.
·
Hampir seluruhnya
terdapat di sitoplasma, juga terdapat pada virus.
·
Rantai tunggal→
Chargaff’s Rules tidak berlaku
·
Ada 3 macam :
- tRNA (transfer-RNA)
-mRNA (messenger-RNA)
-rRNA (ribosomal-RNA)
-tRNA
Ø Molekul yang kecil
Ø Basanya : A, G
dan U yang termetilasi.
Ø Jumlahnya hanya sedikit dari total RNA dalam sel
Ø Mengangkut
(transport) asam amino spesifik ke
Ø Ribosom untuk proses sintesis protein
-mRNA
Ø Basa
nya : A, G, C dan U
Ø Disintesis
dalam inti sel pada proses transkripsi
Ø Pembawa informasi genetik dari DNA untuk
Ø Sintesis protein
Ø Umurnya pendek→ mengalami
Degradasi/resintesis
-r
RNA
Ø Bagian
terbanyak dari RNA dalam sel (80%)
Ø Merupakan 60% dari berat ribosom
Ø Basa utamanya : A, G, C, U
Ø Fungsinya belum jelas

RIBONUKLEOTIDA
UTAMA

G.
Hidrolisis Asam Nukleat
1. Hidrolisis dengan
enzim→ enzim nuklease, yang terdiri dari :
a.
enzim eksonuklease→
menyerang ujung rantai polinukleotida
b.
enzim endonuklease→
menyerang bagian dalam rantai
2. Hidrolisis dengan
asam/basa
a.
Hidrolisis DNA dengan
asam→ terbentuk asam apurinat (DNA tanpa purin) dan asam apirimidat (DNA tanpa
pirimidin)
b.
DNA tidak dihidrolisis
oleh basa
c.
Hidrolisis RNA dengan
basa memutuskan→ ikatan gugus hidroksil – 2 ribosa.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
·
Asam nukleat merupakan
suatu polimer yang memegang peranan penting dalam kehidupan organisme.
·
Fungsi dari asam
nukleat adalah menyimpan, mereplikasi dan mentranskripsi informasi genetika,
turut dalam metabolisme, penyimpan energi dan sebagai ko-enzim.
·
Ada dua macam asam
nukleat : DNA (asam dioksiribonukleat) dan RNA (asam ribonukleat).
·
Suatu DNA mempunyai
basa purin berupa adenin dan guanin, basa pirimidin berupa sitosin dan timin
serta gula deoksiribosa yang dihubungkan oleh gugus fosfat
·
Suatu RNA memiliki
basa purin berupa adenin dan guanine, basa pirimidin berupa sitosin dan urasil
serta gula ribose yang dihubungkan oleh gugus fosfat.
·
RNA terdiri dari tiga
tipe, yaitu mRNA ( messenger RNA ) , tRNA
( transfer RNA ) dan Rrna (
ribosomal RNA ).
B.
Saran
Makalah
ini dibuat untuk menambah pengetahuan pembaca tentang asam nukleat. Jadi,
penulis membutuhkan kritik dan saran dari pembaca agar makalah ini lebih
sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Alberts,
Bruce dkk. 2007. Biologi Molekuler
dari Walter your. NCBI.
Berg, Jeremy Mark dkk. 2007. Biokimia. WH Freeman: San Francisco.
Dahm, R. 2008. Menemukan DNA: Friedrich Miescher dan tahun-tahun
awal penelitian asam nukleat" Manusia genetika . ISSN 0340-6717
Jeremy M Berg, John
L Tymoczko, dan Lubert Stryer, Biokimia 5th edition, 2002, WH Freeman.
Saenger
, Wolfram. Prinsip Struktur Asam
Nukleat. Springer-Verlag: New York.
Stryer, Lubert dkk. 2007. Biokimia. WH Freeman : San
Francisco .
Langganan:
Postingan (Atom)